GRIK Gruduk Istana Kedua Kalinya, Temui Staf Presiden Terkait Kasus Peradilan Sesat

Jakarta- Gerakan Revolusi Intelektual untuk Keadilan (GRIK) kembali mengunjungi Istana Presiden untuk mempertanyakan keadilan hukum terkait kasus peradilan sesat di Cirebon dan Bekasi. Rombongan yang terdiri dari gabungan ormas, tim pers, dan advokat yang tergabung dalam GRIK menyampaikan kegaduhan masyarakat atas dugaan kesewenang-wenangan dari institusi penegak hukum. Pada Rabu 11 September 2024
Kedatangan GRIK dipicu oleh kasus tragis Cirebon dan terkhusus nasib Rico Pujianto, seorang yg bela negara namun berujung penjara. “Kami harus ke Istana karena kehilangan kepercayaan pada sistem hukum yang menghasilkan peradilan sesat,” ujar Andi Muhammad Rifaldy, Humas GRIK.
Pukul 13.30 WIB, rombongan GRIK berhasil diterima di Istana Presiden, di mana mereka menyampaikan surat dan mendiskusikan kasus-kasus yang dihadapi oleh masyarakat, terkhusus Rico Pujianto.
Ketua Umum GRIK, Raidin Anom SH. MA, menyampaikan bahwa diskusi tertutup dengan staf ahli presiden menghasilkan respon positif terhadap masalah yang dibawa GRIK.
Salah satu ketua rapat dari staf ahli presiden menyatakan sikap komitmen untuk mendalami masalah ini meskipun bertepatan dengan jadwal rapat lainnya.
Diskusi berlangsung hingga diluar jam kerja dan berakhir malam hari sekitar pukul 18.32 wib dengan kesepahaman dari kedua belah pihak untuk terus memperjuangkan keadilan bagi masyarakat yang terkena dampak peradilan yang dipertanyakan.
Kesepahaman ini mencerminkan upaya GRIK dalam memastikan suara rakyat didengar secara langsung di tingkat tertinggi pemerintahan, menanggapi keadilan hukum yang adil dan transparan untuk semua warga negara.
Kita Nantikan upaya hukum PK yg sudah terjadwal kan sidangnya nanti ujar tim GRIK saat rilis dihadapan awak media sebelum pulang meninggalkan istana presiden pukul 19.15 wib.
Sumber: AMR
MDA